VIVAnews - Di masa krisis seperti ini, perusahaan disarankan untuk tetap melakukan investasi. Hal itu dikatakan oleh Adrian Anwar, Server Business Group Manager, Microsoft Indonesia. "Sehingga, ketika market rebound (pasar kembali pulih) bisnis mereka sudah siap," ujar Adrian di Lembang Bandung, Kamis 29 Januari 2009.
Namun demikian, perusahaan harus pandai-pandai dalam membelanjakan pengeluarannya. "Dengan bujet yang lebih sedikit, perusahaan harus bisa mendapatkan hasil yang baik," kata Adrian. Oleh karenanya, Adrian mengatakan, 4-5 bulan ke depan, Microsoft akan gencar menawarkan solusi kepada perusahaan untuk memotong biaya operasional di bidang teknologi informasi (TI), penjualan dan pemasaran, serta operasional bisnis.
Menurut Adrian, penghematan di bidang TI dapat diperoleh melalui virtualisasi dan penggunaan software Essential Business Server. Virtualisasi adalah optimalisasi utilisasi perangkat keras yang sudah dimiliki oleh perusahaan, sehingga bisa mendukung lebih banyak proses bisnis perusahaan.
Virtualisasi memungkinkan pemanfaatan server yang ada, untuk menjalankan beberapa sistem operasi berbeda untuk berbagai aplikasi perusahaan. Dengan satu server, perusahaan bisa menjalankan Windows Server 2008, Windows Server 2003, Linux, maupun sistem operasi lain yang melayani klien-klien.
"Dengan memvirtualisasikan satu server, sama dengan menghilangkan 11,4 ton emisi karbindioksida, atau setara dengan menghilangkan 5000 mobil, atau menumbuhkan 2000 pohon baru," ucap Adrian.
Microsoft mengklaim, produk virtualisasi buatannya, Microsoft Server Virtualization Solution, memiliki harga yang kompetitif dibandingkan kompetitornya, yaitu VMware. Dari pengamatan berdasarkan harga di situs web, produk Microsoft dijual seharga USD 23.169 per 5 server fisik, sementara solusi total VMWare seharga USD 64.443 per 5 server fisik.
Di bidang penjualan dan pemasaran, kata Adrian, penghematan dapat dilakukan dengan penggunaan software SQL Server yang sekaligus mencakup solusi Business Intelligent (BI). BI adalah solusi di bagi perusahaan untuk melakukan penelusuran data mengenai tren atau kecenderungan pembelian konsumen berdasarkan database transaksi harian.
Dengan BI, perusahaan dapat menjalankan strategi baru berdasarkan tren dari histori penjualan. Menurut Microsoft, perusahaan bisa melakukan penghematan sekitar 250 juta dengan mengaplikasikan SQL server.
Microsoft mengklaim, harga SQL Server jauh lebih hemat dibanding dengan harga solusi BI dari Oracle maupun IBM. Menurut pengamatan Microsoft lewat situs web, solusi BI dari IBM membutuhkan biaya investasi sekitar USD 329.000, BI besutan Oracle seharga USD 348.000, sementara SQL Server hanya USD 25.000.
Yang terakhir adalah penghematan ongkos operasional bisnis, yaitu menggunakan teknologi Unified Communication besutan Microsoft. Teknologi ini kurang lebih sama dengan teknologi Unified Communication yang ditawarkan Cisco.
Dengan teknologi itu, seseorang hanya memerlukan satu nomor identitas saja, bagi berbagai media komunikasi yang ia miliki, mulai dari telepon kantor (PABX), VoIP, Email, Audio/Video Conferencing, Voice Mail, Instant Messaging, atau Radio Handie Talkie.
"Dengan demikian, setiap orang bisa tetap produktif bekerja di manapun dia berada," ujar Novi Tanjung, Unified Communications Product Marketing Manager. Menurut klaim Microsoft, Unified Communication dapat memotong biaya perjalanan dinas ke luar negeri serta biaya telepon.
Biaya perjalanan dinas yang dapat dipangkas sekitar Rp 200 juta per tahun, sementara penghematan telepon yang diraih adalah sekitar 100 juta rupiah per tahun.
Sunday, February 1, 2009
Microsoft: Masa Krisis Masa Investasi
Sumber : VIVAnews
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Comments :
0 komentar to “Microsoft: Masa Krisis Masa Investasi”
Post a Comment